Kebakaran hutan sepertinya bukan hal yang baru terjadi di Indonesia. Fenomena ini seperti menjadi bencana tahunan yang pasti terjadi. Terutama di wilayah Kalimantan dan Sumatera. Selain karena vegetasi hutan yang mudah terbakar dan jalaran apinya mudah merembet ke berbagai wilayah, kelalaian manusia kerap kali menjadi penyebab kebakaran. Maka INFIA Fact sudah menghimpun beberapa data mengenai kebakaran hutan di Kalimantan.
Kebakaran hutan yang terjadi di lahan gambut ini sebagian besar terjadi di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat pada bulan September 2019. Titik-titik api banyak ditemukan dan statusnya masih terus meluas. Sejauh ini, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), terdapat sekitar 384 titik api di Kalimantan Barat dan 513 titik api di Kalimantan Tengah. Serta 119 titik api di Kalimantan Selatan (Laporan 16 September 2019).
Walaupun jumlah titik api sudah menurun dibandingkan dengan hari sebelumnya, namun hal ini tidak menutup fakta bahwa jumlah lahan dan hutan yang terbakar di Kalimantan sangat luas. Pasalnya menurut data, jumlah lahan yang terbakar ada 44.769 hektar di Kalimantan Tengah, 25.900 ha di Kalimantan Barat dan 19.490 ha di Kalimantan Selatan.
Tentu saja kebakaran tersebut menghabiskan seluruh vegetasi hutan serta hewan di dalamnya. Bahkan baru-baru ini ditemukan bangkai ular besar yang turut menjadi korban kebakaran hutan. Hewan dan tumbuhan yang seharusnya menjadi penyeimbang ekosistem kini sudah habis. Dan tentu saja seiring berjalannya waktu keseimbangan alam akan terganggu termasuk kehidupan manusia.
Penyebab Kebakaran Hutan di Kalimantan
Penyebab kebakaran hutan sebenarnya beragam dari tahun ke tahun. Karena peristiwa ini adalah fenomena tahunan, biasanya kebakaran hutan dikaitkan dengan musim kemarau dan kondisi lahan yang mudah terbakar. Namun jika ini terjadi setiap tahun, apakah tidak ada pencegahan dari pihak-pihak yang terkait? Fakta baru-baru ini datang dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian (15 September 2019).
Kapolri Jenderal Tito mengatakan bahwa tidak ada lahan kelapa sawit yang ikut terbakar dalam peristiwa tersebut. Dugaan sementara kebakaran terjadi karena praktik pembukaan atau pembersihan lahan ilegal yang dilakukan oleh beberapa perusahaan yang tidak bertanggung jawab. Sejauh ini polisi sudah menetapkan 185 orang tersangka, 4 korporasi, dan menyegel 42 perusahaan yang menjadi penanggung jawab atas fenomena kebakaran.
42 perusahaan tersebut beroperasi di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Peristiwa seperti ini kerap kali terjadi karena membakar lahan adalah cara yang mudah dan murah untuk membersihkan dan membuka kembali lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Maka setiap tahun pasti ada oknum-oknum yang menyebabkan kebakaran hutan. Tapi seperti kita ketahui, kejadian yang sama akan terulang di tahun setelahnya.
Dampak Kebakaran Hutan
Banyak dampak yang terjadi akibat kebakaran hutan. Pertama dampak bagi lingkungan. Lingkungan akan kehilangan daya dukungnya terhadap kehidupan. Vegetasi dalam hutan akan hilang seluruhnya. Hewan yang ada dalam hutan sebagian mati dan sebagian lagi akan kehilangan tempat tinggal. Hewan yang kehilangan tempat tinggal ini bisa saja turun ke pemukiman dan menyebabkan kerusakan.
Dampak yang kedua adalah bagi manusia. Tentu saja dampak yang utama dan kini sedang menjadi trending topic adalah masalah asap. Yang bukan hanya terjadi di Kalimantan dan Sumatera tapi juga sampai negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Parahnya, beberapa Bandara sampai tidak dapat beroperasi. Kabut asap juga menyebabkan beberapa masalah pernapasan.
Kegiatan ekonomi lumpuh hampir seluruhnya, masyarakat susah bernapas dan jarak pandang terhalangi oleh kabut. Berbagai penyakit pernapasan juga terjadi kepada penduduk. Selain itu, masyarakat juga kesulitan mendapatkan makanan. Dan inilah kebakaran tahunan yang pasti terjadi di wilayah Indonesia. Apakah kita akan terus menerus berkutat dengan kebakaran yang tanpa solusi?
