Potensi Bangsa

7 Komoditas Potensial Hasil Perkebunan di Indonesia

perkebunan teh 1000x600
Petani Memenen Daun Teh / Shutterstock

AGROINDUSTRI.ID – Ratusan tahun sebelum kedatangan pemerintah Hindia Belanda, Hasil Perkebunan di Indonesia memang sudah memiliki potensi besar dalam keberagaman komoditasnya. Hal ini salah satunya dibuktikan dengan kejayaan tanaman cengkeh atau cengkih (cloves) yang sudah tumbuh dan diperdagangkan ke benua Eropa sejak abad ke-16 Masehi.

Kejayaan tanaman cengkeh yang tumbuh subur di kawasan Ternate dan Tidore menurut beberapa sumber bahkan diyakini jauh lebih tua dari itu, jika mengingat perdagangan rempah-rempah antara bangsa Romawi dan bangsa Arab sudah mulai booming di kawasan Timur Tengah sejak 5000 tahun lalu.


Cengkeh selain digunakan sebagai rempah-rempah juga berperan penting dalam perkembangan agroindustri rokok kretek, rokok kretek merupakan rokok asli Indonesia yang pertama kali diracik di Kudus. Rokok ini merupakan jenis rokok tradisional yang memadukan antara tembakau dengan Cengkeh dan hingga kini menjadi salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia.

Selain cengkeh Indonesia juga menyimpan berbagai potensi perkebunan lain seperti Pala, Kopi dan Tembakau yang saat ini menjadi komoditas perkebunan pemasok devisa negara terbesar.

Berikut merupakan 7 komoditas unggulan perkebunan di Indonesia yang dipilih berdasarkan tingkat permintaan, luas lahan perkebunan aktif serta perkiraan perputaran nilai ekonomi.

6. Tebu (Sugar Cane)

tebu hasil perkebunan Indonesia agroindustri

Tanaman Tebu, Hasil dari perkebunan tebu di Indonesia biasanya langsung diangkut dari lokasi lahan perkebunan menuju ke pabrik gula terdekat, duna menghindari penurunan kadar air dalam setiap batang pohon tebu.

Tanaman Tebu mulai populer dan banyak di tanam di Indonesia sejak diterapkan kebijakan Tanam Paksa oleh pemerintah Hindia Belanda. Sejak saat itu Tebu menjadi salah satu komoditas unggulan hasil perkebunan di Indonesia yang di ekspor keluar negeri.

Kondisi iklim tropis dan luasnya lahan pertanian yang dimiliki Indonesia menjadi salah satu faktor penting dalam pertumbuhan agro industri tebu, saat ini setidaknya masih beroperasi 62 pabrik gula, yang tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera, hampir semuanya merupakan pabrik yang dibangun sejak jaman penjajahan.

Umur pabrik gula yang rata-rata sudah berusia diatas 100 tahun tentu saja sudah mengalami penurunan kinerja yang akan mempengaruhi proses produksi.

Dampaknya, kita masih tergantung dari pasokan gula impor dari Thailand atau India. Padahal di dalam negeri masih banyak lahan pertanian yang berpotensi menjadi perkebunan tebu.

Baca Juga: Beginilah Cara Produksi Tebu Menjadi Gula

5. Teh (Tea)

Meskipun hanya memproduksi jenis Teh Hitam dan Teh Hijau, Potensi perkebunan Teh di Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata, pada tahun 2014 nilai ekspor Teh Indonesia menempati peringkat ke-7 di dunia. Tiga besar pemasok teh dunia dalam satu dekade terakhir memang dikuasai oleh China, India dan Kenya yang hasil produksinya mencapai 10x lipat dari Indonesia.

Salah satu alasan ketertinggalan Komoditas Teh Indonesia dari negara lain yaitu karena hasil produksi teh (per hektar) yang masih rendah, hal ini diakibatkan dari mayoritas petani teh kekurangan kemampuan finansial dan keahlian untuk mengoptimalkan produksi, sementara itu sebagian besar dari teh Indonesia ditumbuhkan dari biji bukannya dari hasil stek daun teh, yang tentu saja akan memperlambat masa panen.

Jika masalah tersebut bisa diatasi oleh petani di dalam negeri, bukan tidak mungkin produksi teh Indonesia akan bersaing dengan tiga besar negara pemasok teh di dunia. Apalagi Teh hasi perkebunan Indonesia dikenal karena memiliki kandungan katekin (antioksidan alami) tertinggi di dunia.

4. Karet (Rubber)

Agroindustri karet alam di masa yang akan datang diprediksi mempunyai prospek yang makin cerah dari saat ini. Salah satu faktor yang bisa dilihat yaitu dengan adanya kesadaran akan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam, banyak orang mulai berbondong-bondong berpindah ke energi terbarukan dan ramah lingkungan, begitu juga dengan industri karet, masyarakat modern saat ini cenderung memilih menggunakan green tyres daripada karet sintetis.

Semakin langkanya sumber-sumber minyak bumi dan semakin mahalnya harga minyak bumi sebagai bahan pembuatan karet sintetis dari tahun ke tahun juga menjadi salah satu faktor pendukung majunya industri karet tanah air.

karet hasil perkebunan di Indonesia - agroindustri.id

Getah karet hasil perkebunan karet di Sumatera Selatan. Petani karet biasa menyadap karet di pagi hari kemudian ditinggalkan dan hasil sadapannya diambil kembali pada sore hari.

Diprediksi pada tahun 2020 produksi karet alam dunia akan mencapai 11,5 juta ton. Sekitar 70% hasil produksi karet alam dunia diperuntukkan bagi industri ban. Sebagai produsen karet terbesar kedua di dunia karet hasil perkebunan di Indonesia ditargetkan bisa memasok 29% atau 3,3 juta ton karet kering.

Sayangnya target tersebut masih terhambat dengan adanya permasalahan ketrampilan sumber daya manusia yang masih minim serta produktivitas perkebunan karet yang masih belum optimal.

Baca juga: Perbedaan Karet Alami dan Karet Sintetis

3. Biji Kopi (Coffe bean)

Sebagai produsen dan eksportir kopi terbesar ke tiga di dunia, Indonesia adalah surga bagi pecandu kopi. Saat ini biji kopi hasil perkebunan di Indonesia hanya kalah dari Brazil dan Vietnam yang menduduki peringkat pertama dan kedua di dunia. Beragamnya jenis biji kopi yang tumbuh di berbagai daerah, menjadi salah satu potensi besar bagi keunggulan industri kopi tanah air.

Apalagi beberapa tahun belakangan bisnis coffe shop menjadi semacam trend baru di kalangan anak muda Indonesia, trend positif ini selain meningkatkan nilai jual biji kopi juga membuka jalan bagi anak muda untuk tidak bergantung mencari pekerjaan, tetapi juga berani berwirausaha.

Baca Juga: Macam-Macam Jenis Biji Kopi Unggulan Indonesia

2. Tembakau (Tobaco)

Meskipun banyak beredar gerakan anti tembakau di seluruh dunia, nyatanya potensi tembakau hasil perkebunan di Indonesia tiap tahun tidak pernah surut.

Menurut data dari Kementerian Perindustrian (Kemperin), kebutuhan konsumsi rokok dari tahun ke tahun justru semakin meningkat. Berdasarkan data Kemperin, produksi rokok naik di kisaran 5% hingga 7,4% per tahunnya. Pada tahun 2020, diproyeksikan produksi rokok Indonesia akan mencapai 524,2 miliar batang, yang artinya sudah jauh melampai hasil tembakau produksi dalam negeri.

Sementara itu tembakau hasil perkebunan di Indonesia hampir 97% digunakan untuk produksi rokok, yang pada tahun ini dari 700 unit usaha pabrik rokok yang tercatat, diprediksi tinggal 200 unit–300 unit saja pabrik rokok yang aktif dan membayar cukai. Meskipun mengalami penurunan, produksi rokok tercatat terus mengalami peningkatan karena permintaan yang tinggi.

1. Kelapa Sawit (Palm Oil)

Agro industri kelapa sawit merupakan hasil perkebunan Indonesia yang cukup menjanjikan, meskipun di awal tahun ini bisa dibilang sedang mengalami masa-masa sulit, dengan adanya larangan minyak kelapa sawit dari pemerintah Uni Eropa. Kebijakan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yang dibuat sebagai salah satu jaminan mutu perkebunan kelapa sawit, tampaknya tidak cukup ampuh untuk melawan kedigdayaan pemerintah Uni Eropa.

Minyak kelapa sawit merupakan hasil perkebunan di Indonesia yang menjadi penguasa minyak nabati di dunia terus menerus mendapat tekanan politik dari sisi lingkungan dan kesehatan, meskipun demikian hasil produksi Kelapa Sawit setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan permintaan pasar dunia akan minyak kelapa sawit yang semakin besar.

Baca juga: Nasib Kelapa Sawit Indonesia Di Tengah Isu Lingkungan dan Kesehatan

Kelapa sawit dari Indonesia dan Malaysia dalam satu dekade ini berhasi bersaing secara langsung dengan minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari dari Eropa dan Amerika Serikat. Keunggulan dari sisi harga yang jauh lebih murah dan memiliki kualitas yang sama menjadi salah satu faktor permintaan kelapa sawit yang setiap tahun semakin besar.

Itulah ketujuh komoditas hasil perkebunan di Indonesia yang memiliki potensi besar dalam beberapa tahun kedepan.

Comments

Trending

To Top