Gejala difteri kembali menyerang Indonesia sejak tahun 2017 silam, Setelah beberapa waktu menghilang. Wabah difteri menjadi momok yang cukup menakutkan dikarenakan dapat mengakibatkan komplikasi yang cukup berbahaya bahkan hingga kematian jika tidak segera ditangani dengan tepat. Seperti yang dikutip dalam laman BBC, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan kondisi ini menjadi status kejadian luar biasa (KLB) dikarenakan telah berjatuhan hingga puluhan korban yang tersebar di 20 provinsi. Infeksi ini cukuplah serius dan tidak bis disepelekan begitu saja.
Pengertian Penyakit Difteri
Difteri merupakan infeksi yang menyerang saluran pernapasan yang disebabkan karena bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri yang menjadi penyebab difteri ini menyebabkan racun berbahaya yang kemudian menyebar ke seluruh bagian tubuh yang lainnya. Pada beberapa kasus yang parah,penyakit ini bisa menyerang jantung, kulit, hingga sistem syaraf otak. Difteri lebih rentan terjadi apda anak-anak yang berusia dibawah 12 tahun dan dampaknya bisa lebih fatal terjadi dibandingkan saat menyerang orang dewasa.
Apa penyebab difteri?
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, penyakit difteri disebabkan karena infeksi Corynebacterium diphtheriae.. infeksi ini mudah menular dikarenakan bakteri yang menjadi penyebabnya dapat hidup menyebar di udara. Jika anda menghirup partikel udara yang telah terkontaminasi batuk atau bersin dari orang yang terinfeksi maka anda bisa tertular penyakit difteri. Sehingga dapat dikatakan jika cara ini sangat efektif membuat wabah difteri semakin meluas terutama jika terjadi di tempat-tempat yang ramai.
Penyebab lainnya adalah kontak secara langsung dengan benda-benda yang sudah terkontaminasi bakteri Corynebacterium diphtheriae. Anda bisa tertular difteri jika memegang langsung benda-benda dari orang yang terinfeksi yang tidak dicuci. Bisa juga melalui penggunaan alat-alat rumah tangga yang digunakan secara bergantian dengan penderita difteri. Dan tak hanya itu saja menyentuh luka pada kulit yang terinfeksi juga bisa menyebabkan anda terinfeksi bakteri penyebab difteri, meskipun kondisi seperti ini sangatlah jarang terjadi.
Bagaimana cara mengobati difteri?
Difteri merupakan infeksi yang sangat mudah dan cepat menular, bahkan bisa beresiko kematian. Maka pengobatan yang harus segera dilakukan adalah mencegah penyebaran dari penyakit serta komplikasinya. Biasanya setelah terdiagnosa difteri, maka penderita akan diberikan suntikan antitoksin yang digunakan untuk melawan racun yang ada di dalam tubuh yang dihasilkan bakteri penyebab difteri. Jika penderita mengalami alergi dengan antitoksin, maka penting untuk segera memberi tahu dokter sehingga bisa menyesuaikan pengobatan yang dilakukan.
Jika pasien memiliki kondisi alergi, biasanya dokter memberikan dosis antitoksin dalam jumlah yang rendah. Setelah itu barulah meningkat dosisnya secara bertahap. Dan tak hanya itu saja dokter juga memberikan antibiotic agar membantu penyembuhan infeksi.
Setelah diberikan obat-obatan tersebut, biasanya dokter menyarankan penderita difteri mendapatkan vaksin dosis pendorong atau boost immunization. Hal ini dilakukan setelah kondisi pasien benar-benar sehat untuk membangun dinding pertahanan melawan bakteri difteri. Selama pengobatan dokter juga mungkin akan meminta pasien menjalani rawat inap sehingga dokter bisa mengawasi reaksi yang dapat terjadi selama pemberian obat-obatan serta mencegah penyebaran penyakit.
Sebenarnya, difteri juga dapat dicegah melalui imunisasi. Itulah mengapa pentingnya memasukkan imunisasi difteri ke dalam program imunisasi wajib yang ada di Indonesia. melalui vaksinasi, penyakit difteri bisa dicegah agar tidak semakin merebak. Biasanya vaksin difteri diberikan melalui imunisasi DPT yang diberikan sebanyak 5 kali mulai dari usia bayi menginjak 2 bulan. Bahkan tak hanya anak-anak, orang dewasa sekalipun juga harus dipastikan sudah menerima vaksin difteri agar mencegah penularan penyakit infeksi ini.
